-->

SENANDUNG BIJAK SANG FILSUF : BONEKA DEKIL

Pak Charles selalu mengeluh kepada Sang Filsuf. Ia mengeluhkan seorang staf yang sangat menjengkelkan. Setiap kali bertemu Filsuf Tua, ia selalu mengeluhkan hal yang sama, seperti saat ini.
“Mungkin Tuan tidak pernah merasakan kejengkelan seperti yang kurasa! Dia tidak bisa diajak kerja sama, apalagi diperintah. Dia keras kepala. Setiap hari kepalaku rasanya mau pecah saat mendengar dia berbicara,” keluh Pak Charles sangat bersemangat.
“Dan sepertinya Anda sangat ingin memindahkan, bahkan memecat serta menggantinya dengan orang lain?” tanya Filsuf.
“Tepat sekali, Tuan!” sahut Pak Charles lebih bersemangat lagi.
Berujarlah Sang Filsuf, ”Mungkin Anda bisa pertimbangkan perkataanku ini, Pak Charles. Mungkin saja seorang gadis cilik sangat bahagia saat mendapatkan sebuah boneka baru yang terbungkus rapi dalam kotak kado indah. Namun, tentu saja kita berharap, sang gadis cilik tidak membuang begitu saja boneka lamanya, sebuah boneka yang telah setia menemaninya bermimpi, bahkan di malam-malam sunyi yang menakutkan. Andaikan boneka itu dekil, bukankah gadis cilik itu bisa berusaha mempercantiknya lagi? Bukankah itu adalah tugasnya? Kecuali kalau si dekil memang sudah sangat rusak! Sebab, mungkin saja suatu saat nanti, gadis cilik itu akan sangat merindukan boneka dekilnya, karena ternyata, boneka baru tidak lebih elok dari si dekil yang sudah disingkirkannya, Pak Charles.”

Baca Juga :

    Click to comment