Apakah
ada pemimpin berkepribadian unggul dalam bangsa kita dan siapa mereka
sebenarnya, Dok?
Pertanyaan
Anda sungguh ‘bersayap’ dan cukup sulit dijawab, Pak Yudhy. Menerima pertanyaan Anda, saya teringat akan nada pesimis
yang sangat tegas, sekaligus kenyataan, yang dituliskan Romo Benny Susetyo, sembilan
tahun yang lalu, ‘Bangsa ini sepi dari manusia berkepribadian unggul’. Saya masih
berpikir bahwa pendapat itu sunguh masih
relevan saat ini dan seharusnya menjadi bahan refleksi kita bersama. Bahkan secara
lebih lugas lagi, Benny Susetyo berpendapat, ’Realitas kebudayaan kita memang
tidak pernah melahirkan manusia unggul dalam menata kehidupan ini. Menyedihkan memang
bila kita melihat manusia unggul yang tumbuh dalam bangsa ini adalah manusia
yang mengungguli manusia lain, termasuk alam sekitarnya’.
Begitu pesimisnyakah kita harus ‘bernada’,
Dok?
Antara ya dan tidak, Pak Yudhy. Dalam kenyataannya
kita bisa pesimis tetapi tentu Romo Benny waktu itu tidak serta merta
mengundang bahkan mendesak kita untuk pesimis. Sebaliknya, pernyataan itu,
sekali lagi seharusnya mengundang bahkan mendesak kita untuk peduli karena
bukan hanya perusahaan dalam lingkup kecil, juga bukan hanya bangsa ini dalam
lingkup yang lebih besar, tetapi lebih lagi, dunia yang kita huni ini membutuhkan
para pemimpin berkepribadian unggul.
Kalau dalam perusahaan, Dok, seperti apa
sebenarnya pemimpin unggul yang dimaksud?
Agak sulit menjawab pertanyaan ini karena ada
relativitas di dalam jawabannya, Pak. Setiap orang punya gambaran sendiri
tentang harapan dan bayangannya mengenai figur pemimpin unggul. Namun, bantuan setidaknya datang dari Robert
L. Katz. Mr. Katz mengidentifikasi tiga jenis ketrampilan utama yang harus
dimiliki seorang manajer yaitu ketrampilan teknis, ketrampilan manusiawi, dan ketrampilan
konseptual.
Ketrampilan teknis berarti kemampuan tentang ilmu
yang digeluti termasuk ruang lingkup usaha dalam perusahaan. Ketrampilan manusiawi
adalah kemampuan ‘bekerja dengan orang-orang’. Dan ketrampilan konseptual
menyangkut kemampuan berkonsep secara tepat dan mengimplementasikan konsep itu secara
tepat pula. Nah, kali ini kita bicarakan ketrampilan manusiawi, walaupun kedua
ketrampilan lain tidak dapat diabaikan, Pak.
Ketrampilan manusiawi, menarik sekali, Dok!
Ya, Pak. Dalam realitanya di lapangan telah dan
harus telah terjadi pergeseran paradigma tentang peran pemimpin atau manajer
unggul. Kalau di zaman dulu pemimpin atau manajer unggul itu dipandang sebagai ‘pemikir’
yang terus merenung dengan wajah kusut sebelum mengambil keputusan. Berhadapan dengan
stafnya, pemimpin atau manajer unggul harus memasang wajah serius, berbicara
satu-satu dalam rangkaian kata sarat makna, tanpa dibumbui joke-joke segar.
Pokoknya, jaim, kata orang sekarang, Pak.
Jadi, wajah menyeramkan itu harus dilepas, Dok?
Dalam sebagian besar kesempatan, ya, Pak. Mintzberg menemukan
bahwa kegiatan manajer sangat beragam dan keberagaman itu sungguh tidak
terpola. Manajer tidak bisa lagi dikerangkeng ataupun mengerangkeng dirinya
sendiri dalam kumpulan kegiatan tradisional dan konservatif yang dibungkus dalam
wajah penuh wibawa dan kharisma yang dibuat-buat. Untuk sungguh-sungguh
mengembangkan keunggulan dalam dirinya, para pemimpin dan manajer harus berani
berubah dan mengubah paradigmanya sendiri tentang kepemimpinan dan manajemen!
Sebegitu seramnyakah gambaran pemimpin dan
manajer tradisional itu, Dok?
Anda sendiri pasti sudah pernah atau bahkan sering
menyaksikannya, Pak Yudhy! Karena itulah Wall, et al, menuliskan pandangan
Peter Drucker dalam buku mereka, the Visionary Leader. Drucker berpendapat, ‘Dalam
perusahaan tradisional, yang dipentingkan pertama-tama adalah kekuasaan komando’.
Bahkan dalam buku yang sama, Wall, et al, bersurat, ‘Struktur perusahaan ultrakonservatif
didasarkan pada perintah yang mutlak dan tak boleh dipertanyakan, dari atas ke
bawah! Ini bagaikan tiranosaurus di antara sejumlah dinosaurus’. Pertanyaannya adalah,
apakah dunia harus terus membiarkan para tiranosaurus itu hidup sebagai
tiranosaurus tanpa pernah mau berevolusi, Pak Yudhy?
Of course not, Dok!
Because of that, Pak, pergeseran paradigma sangat
dibutuhkan dari para pemimpin dan manajer! Sekali lagi, tanpa mengesampingkan
dua ketrampilan lain yang disampaikan Katz, ketrampilan manusiawi pemimpin dan
manajer harus sungguh-sungguh diasah! Senada dengan itu, Gibson, et al, menegaskan,
‘Ketrampilan manusiawi merupakan hal yang pokok bagi manajer karena mereka
harus menyelesaikan banyak pekerjaan melalui orang lain’.
Simpulannya, Dok, pemimpin dan manajer unggul
membutuhkan pergeseran paradigma terutama dalam ketrampilan manusiawi, Dok!
Rrrrruuuuaaaarrrr biazzzzzaaaa, Pak Yudhy!
Kesimpulan yang sangat smart!
Baca Juga :
Baca Juga :
- TIPS PENTING MENGATUR KEUANGAN RUMAH TANGGA
- SENANDUNG BIJAK SANG FILSUF : BUTUH SANGKAR BESAR
- KURANG ZAT BESI ANCAM KECERDASAN ANAK !
- CATATAN CINTA GREG 3 : WAIT THE RIGHT MOMENT !
- APA GEJALA INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA LANSIA ?
- TIPS JANTUNG SEHAT SAAT EKONOMI SULIT
- SENANDUNG BIJAK SANG FILSUF : CUBITAN MESRA
- TIPS PRAKTIS CERDAS DAN SEHAT : MAKAN PISANG !
- CATATAN CINTA GREG 2 : I AM THE RIGHT MAN .......!
- MENGAPA LANSIA RENTAN INFEKSI ?
- KANKER PROSTAT : MOMOK KAUM PRIA
- SENANDUNG BIJAK SANG FILSUF : KONSISTENSI
- CATATAN CINTA GREG 1 : 'HADIAH' PAK WILLIAM
- TIPS ‘MOVE ON’ DARI ‘MASA LALU’
- TIPS LANGSING : KONSUMSI MINYAK ZAITUN !
- TIPS PENTING MELINDUNGI LUTUT TERHADAP NYERI
- KEPRIBADIAN UNGGUL PEMIMPIN: PERGESERAN PARADIGMA !
- NGOROK BIKIN HIPERTENSI ? ITU 'OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA' !
- ANDA NGOROK ? JANGAN-JANGAN OSA (OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA) !