Saya
tertarik dengan perkataan Dokter, ‘sudah tidak masanya lagi mempertahankan pemimpin
yang enggan berubah, entah karena tidak tahu cara berubah, apalagi yang memang
tidak mau berubah karena ‘sangat menikmati’ kemapanan’. Solusi konkritnya, Dok?
Ganti!
Ganti,
Dok? Mereka yang sudah bertahun-tahun menduduki jabatan?
Sering
kali dalam manajemen kita harus memikirkan satu hal, Pak Yudhy, adilkah kalau
kita hanya memikirkan nasib satu atau segelintir orang yang menduduki
kepemimpinan puncak dan kedudukan top manajemen yang nota bene gagal menjadi
pemimpin transformasional sementara sekian banyak orang yang loyal dan
menggantungkan ‘nasib’ mereka pada hidup matinya perusahaan kita abaikan begitu
saja?
Benar
juga ya, Dok!
Saya
mengajak Pak Yudhy menyimak kisah
lama yang dimuat dalam Kompas 1 Juli 2005. Anisa Himawan, CEO the Pakubuwono
Residence mengisahkan bagaimana kurang diminatinya perusahaan properti ‘A’ yang
ada di Cibubur, sekian tahun sebelumnya. Apa yang terjadi setelah pemilik
korporat mengganti nama perusahaan itu dan para ‘pengelola kunci’nya? Sungguh luar
biasa! Perumahan tersebut laku keras bak pisang goreng. Padahal hal-hal lain
tetap seperti biasanya.
Mengapa itu bisa terjadi, Pak? Karena yang menangani
perusahaan itu telah berganti dengan ‘tangan-tangan’ yang jauh lebih smart dan
hebat. Anisa mengatakan, waktu itu, 'Manajemen, termasuk di dalamnya seni
memanage sebuah korporat, dan krisis, sungguh menjadi kunci sukses atau
gagalnya sebuah perusahaan'.
Kita
tahu, Dok, dalam salah satu butir filosofinya, Confucius pernah berujar, ‘Kejayaan
suatu negara ditentukan oleh pemimpin tertingginya’. Analog dengan itu, tentu
kesuksesan suatu perusahaan ditentukan oleh kepiawaian manajer puncaknya.
Di
satu sisi saya setuju dengan pendapat Confucius karena segala
yang baik untuk perusahaan, bahkan juga perubahan, harus dimulai oleh seorang
pemimpin tertinggi sebagai agent of change. Namun, di sisi lain, kerja keras pemimpin
tertinggi yang tidak didukung oleh staf tidak akan mampu membawa perusahaan ke
masa depan yang lebih baik.
Kalau begitu, apa yang pertama-tama harus
dimiliki oleh pemimpin transformasional, Dok?
Visi!
Mengapa visi, Dok?
Kita tahu, Pak Yudhy, visi adalah arah yang akan
dituju. Banyak pakar menyatakan itu. Untuk menggapai keberhasilan, seorang
pemimpin perusahaan harus memiliki visi yang jelas dan feasible. Dengan adanya
visi seperti itu, pemimpin dan semua staf tertantang untuk mencapainya. Tantangan
itu dituangkan dalam upaya mengerahkan segenap sumber daya yang ada dan
akhirnya perusahaan akan keluar sebagai ‘the winner’. Dengan demikian, pemimpin
transformasional itu kini sudah menjadi pemimpin visioner sekaligus!
Mohon lebih dijelaskan, Dok.
Anda bisa membayangkan skenario saya yang sederhana
ini, Pak. Di suatu Minggu pagi yang cerah, Anda bersama keluarga ‘bermobil ria”
keluar dari pagar rumah. Sesampainya di jalan, semua bingung, mau ke mana
sebenarnya. Tidak ada rencana, apalagi tujuan. Akhirnya mobil dibawa berkelana
keliling kota. Setelah capek, semua penumpang mobil minta pulang. Ini gambaran
perjalanan tanpa visi, tanpa arah dan tujuan jelas, Pak Yudhy.
Kali lain, Anda dan keluarga merencanakan perjalanan
ke Puncak dan menginap di salah satu villa selama tiga malam karena anak-anak
libur. Apa yang Anda lakukan sebelumnya, Pak?
Tentu merencanakan kegiatan yang akan dilakukan di sana agar semua menikmati holiday, Dok. Kami
juga mempersiapkan segala sesuatunya secara matang agar rencana terjalankan
dengan baik dan memberi kepuasan.
Good, Pak. Mengapa? Karena Bapak dan keluarga telah
menetapkan tujuan, memiliki visi, walaupun sangat sederhana. Wall, et al, dalam
bukunya the Visionary Leader secara gamblang menyatakan, 'The new leader has two
primary roles. One is to have a vision and implement it'. Adanya visi yang perlu
diimplementasikan menantang pemimpin untuk mewujudkannya. Adanya visi mendorong
pemimpin untuk berusaha mengerahkan dan mengarahkan semua kekuatan dalam
perusahaan untuk maju bersama, berkarya bersama, mencapai tujuan bersama, dan
bersama pula keluar sebagai the winners!
Kalau
begitu, salah satu penyebab kegagalan pemimpin adalah no vision?
Secara tegas
saya jawab ya! Rhenald Kasali pernah menyatakan, ‘Kita hidup di masa transisi. Eranya
sudah berbeda sama sekali. …….Sebagian besar dari kita masih terperangkap dalam
cara berpikir masa lalu, cara berpikir dalam lingkungan stabil, tanpa gejolak,
semua lebih bisa diprediksi. Sekarang, dunia telah berubah, cara-cara lama
harus ditinggalkan. Sebelum melangkah, harus ditetapkan tujuan yang jelas, visi
harus jelas’.
Sebenarnya setiap saat semua
stakeholder mengamati sepak terjang pemimpin perusahaan. Mulai dari
pemilik, pemegang saham dan investor, rekan-rekan tenaga manajerial, sampai
kepada staf dan karyawan di level terbawah. Dan Senge, et al menyatakan, ‘Kalau
orang-orang bertanya, apakah yang dipikirkan pemimpin, mereka sebenarnya
mempertanyakan pandangan-pandangan pemimpin itu’. Dan menurut hemat saya, Pak
Yudhy, rangkuman pandangan itu tercermin dalam visi! Bahkan dengan sangat tegas
Peter Drucker berpendapat, ‘Leadership is vision’.
Kembali lagi, Dok, transformational leader is
a visionary leader!
That’s right,
Mr. Yudhy!
Baca Juga :
Baca Juga :
- RISIKO DEPRESI PEREMPUAN PERIMENOPAUSE
- MENGAPA LANSIA DEPRESI ?
- CARA MENGENALI TANDA-TANDA DEPRESI PADA LANSIA
- APAKAH STRES ITU (BISA) BAIK ?
- PERAN PENTING PASANGAN MERETAS STRES PADA EKSEKUTIF
- TANDA-TANDA STRES PADA EKSEKUTIF
- MENGENAL DAN MENGATASI KEJANG DEMAM PADA ANAK
- MENGATASI RASA TIDAK SUKA PADA PEKERJAAN
- TIPS SMART PANGKAS ASUPAN KALORI
- PEMIMPIN VISIONER: PRIBADI UNGGUL
- TIPS PACARAN SEHAT
- TIPS SARAPAN SEHAT
- SENANDUNG BIJAK SANG FILSUF : GORESAN…….
- WANTED : PEMIMPIN TRANSFORMASIONAL !!!
- TIPS MUDIK SEHAT
- APA RISIKO KESEHATAN ANAK OBESITAS ?
- SENANDUNG BIJAK SANG FILSUF : KACAMATA KEPEKAAN......
- SENANDUNG BIJAK SANG FILSUF : TULI SELEKTIF
- SENANDUNG BIJAK SANG FILSUF : YANG LEBIH DIBUTUHKAN…….
- TIPS PENTING MENCEGAH PENGAPURAN SENDI
- TIPS BERTENGKAR SUAMI-ISTRI